Gunung Lewotobi Aktif Lagi, Ribuan Meter Abu Vulkanik Membumbung

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur Kembali Aktif
Flores Timur, NTT – Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur kembali memuntahkan material vulkaniknya pada Sabtu (28/12/2024) pukul 14.07 WITA. Letusan tersebut menghasilkan kolom abu setinggi 2.000 meter yang terpantau mengarah ke utara dan timur laut. Aktivitas ini menjadi peringatan serius bagi masyarakat di sekitar kawasan gunung tersebut.
Agustinus Ola Bainauk Ratimakin, petugas di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi, mengungkapkan bahwa letusan kali ini memiliki intensitas cukup kuat. “Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 44,4 milimeter dan berlangsung selama sekitar tujuh menit lebih,” jelas Agustinus.
Kolom abu yang tebal dan berwarna kelabu menandakan adanya potensi bahaya yang masih aktif. Agustinus meminta masyarakat untuk terus memantau informasi dari pihak berwenang dan tidak mendekati area berbahaya di sekitar gunung tersebut.
Status Gunung Tetap Siaga
Gunung Lewotobi Laki-laki, dengan ketinggian 1.703 meter di atas permukaan laut (mdpl), saat ini berada pada status Level III atau Siaga. Status ini telah diberlakukan sejak 24 Desember 2024, setelah sebelumnya gunung ini sempat berada pada Level IV (Awas).
Selama periode 16–23 Desember, aktivitas gunung menunjukkan pola fluktuatif, dengan sejumlah letusan kecil yang mengindikasikan adanya tekanan magma di dalam perut bumi. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Agustinus mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius lima kilometer dari kawah aktif, serta hingga enam kilometer di sektor barat daya hingga timur laut. “Kami juga mengimbau agar masyarakat waspada terhadap potensi banjir lahar yang dapat terjadi jika hujan deras mengguyur wilayah sekitar,” ujarnya.
Ancaman Banjir Lahar dan Abu Vulkanik
Sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi, seperti Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokengjaya, Boru, dan Nawakote, berisiko tinggi mengalami banjir lahar. Material vulkanik yang telah menumpuk di lereng gunung dapat terbawa oleh aliran air dan menyebabkan kerusakan di wilayah hilir.
Selain itu, hujan abu yang menyebar ke sejumlah wilayah juga menjadi perhatian. Abu vulkanik dapat mengganggu pernapasan jika terhirup, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Masyarakat yang terdampak diimbau menggunakan masker atau kain basah sebagai pelindung.
Pemda Flores Timur terus berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi di Desa Pululera dan PVMBG di Bandung untuk memastikan langkah mitigasi berjalan optimal. Pengiriman bantuan, seperti masker dan logistik darurat, telah diprioritaskan untuk mendukung warga terdampak.
Pemerintah Minta Warga Tetap Tenang
Meski aktivitas Gunung Lewotobi masih tinggi, Agustinus menekankan pentingnya ketenangan masyarakat. “Hindari kepanikan dan tetap ikuti arahan resmi dari pemerintah. Informasi yang beredar harus diverifikasi agar tidak menimbulkan kebingungan,” katanya.
Masyarakat juga diingatkan untuk memanfaatkan saluran komunikasi resmi guna memperoleh pembaruan terkini mengenai status gunung dan langkah-langkah keselamatan.
Masyarakat Diminta Siaga, tetapi Tidak Panik
Letusan Gunung Lewotobi ini menjadi pengingat akan kekuatan alam yang tidak dapat diprediksi. Namun, dengan kepatuhan masyarakat terhadap arahan dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak terkait, risiko bencana dapat diminimalkan.
Warga di Flores Timur diharapkan dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan kewaspadaan tinggi, tanpa mengabaikan potensi bahaya dari gunung yang terus aktif. Upaya mitigasi yang dilakukan saat ini bertujuan untuk melindungi keselamatan setiap individu di wilayah terdampak.
Dalam situasi ini, kerja sama antara masyarakat dan pihak berwenang menjadi kunci utama untuk menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan langkah-langkah yang terencana dan disiplin, dampak dari letusan Gunung Lewotobi diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin.