Rencana Transformasi BUMN oleh Erick Thohir : Perampingan, Konsolidasi, dan Sinergi Baru

Rencana Transformasi BUMN oleh Erick Thohir
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tengah menggalang transformasi besar-besaran di sektor perusahaan milik negara. Tujuannya adalah menyederhanakan jumlah perusahaan pelat merah menjadi hanya 30 entitas. Dengan langkah strategis berupa merger, konsolidasi, dan restrukturisasi, upaya ini diharapkan mampu menciptakan efisiensi serta memperkuat daya saing BUMN di berbagai sektor.
Perjalanan Menuju 30 BUMN
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, jumlah BUMN berhasil dipangkas dari 114 menjadi 47. Namun, Erick tak berhenti di situ. Dari 47 perusahaan ini, tujuh di antaranya masih masuk kategori "sakit" dan memerlukan restrukturisasi menyeluruh. Target utama kini adalah memangkas jumlah tersebut hingga tersisa 30 BUMN saja melalui strategi konsolidasi lintas sektor.
“Kami telah mengusulkan penyederhanaan dari 47 menjadi 30 perusahaan. Prosesnya bertahap, dan kami ingin ini membawa dampak signifikan,” ujar Erick.
Berikut sektor-sektor utama yang akan menjadi fokus transformasi mulai tahun 2025.
1. Konsolidasi di Sektor Konstruksi
Erick merencanakan penggabungan perusahaan konstruksi dalam tiga klaster utama:
Proses merger ini dirancang untuk menciptakan spesialisasi keahlian di masing-masing klaster, sehingga dapat lebih efektif memenuhi kebutuhan proyek strategis nasional. Meski sempat mengalami penundaan hingga akhir 2024, proses ini diharapkan selesai pada 2025 setelah mendapatkan persetujuan pihak terkait.
2. Integrasi INKA dan KAI
Langkah serupa akan diterapkan pada sektor transportasi darat. PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA akan dilebur ke dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero). Dengan merger ini, koordinasi antarproduksi kereta dan pengoperasiannya diharapkan menjadi lebih mudah dan efisien.
“Koordinasi antar INKA dan KAI sudah berjalan lebih baik dalam empat tahun terakhir. Namun, untuk struktur korporasi, akan lebih konkret jika berada di bawah satu atap,” jelas Erick.
Dalam skema ini, KAI akan menjadi induk holding yang mengelola keseluruhan rantai produksi dan layanan kereta api.
3. Sinergi Pelindo, ASDP, dan Pelni
Pada sektor transportasi laut, Erick menargetkan penggabungan tiga entitas besar:
Tujuan utama konsolidasi ini adalah menciptakan ekosistem terpadu untuk transportasi laut. Dengan pengelolaan yang lebih terintegrasi, biaya logistik nasional diharapkan bisa ditekan, sementara aspek keselamatan penumpang juga lebih terjamin.
4. Merger PTPN dan Perhutani
Di sektor perkebunan, PT Perkebunan Nusantara (Persero) akan digabungkan dengan Perum Perhutani. Pengelolaan lahan seluas 2,2 juta hektare akan difokuskan pada program strategis seperti swasembada gula, produksi bioetanol, dan pengembangan energi baru.
“Lahan yang kami miliki dapat mendukung berbagai program prioritas nasional, mulai dari energi hingga ketahanan pangan,” ungkap Erick.
5. Konsolidasi Rumah Sakit ke Bio Farma
BUMN sektor kesehatan juga menjadi perhatian. Erick berencana mengintegrasikan holding rumah sakit BUMN di bawah PT Bio Farma (Persero). Dengan sinergi antara rumah sakit dan farmasi, ketergantungan pada obat impor diharapkan dapat diminimalkan.
“Seluruh rumah sakit harus didorong untuk menggunakan obat dalam negeri. Ini bukan hanya soal efisiensi, tapi juga kemandirian sektor kesehatan nasional,” tegas Erick.
Harapan Transformasi
Langkah-langkah transformasi ini bukan hanya bertujuan menciptakan efisiensi operasional, tetapi juga menguatkan daya saing BUMN di kancah global. Erick berharap, melalui penggabungan dan konsolidasi ini, BUMN dapat berperan lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan melayani masyarakat dengan lebih baik.
Dengan target ambisius ini, tantangan ke depan tidaklah mudah. Namun, jika eksekusi dilakukan dengan tepat, transformasi besar-besaran ini dapat menjadi titik balik penting bagi masa depan BUMN Indonesia.