Sebelum Meninggal, Alvin Lim Berbagi Cerita tentang Gaya Hidup Buruk dan Gagal Ginjal yang Menghantui

Alvin Lim Cerita Tentang Asal Muasal Penyakit Gagal Ginjal yangg Menghantuinya
Pada awal Januari 2025, dunia hukum Indonesia kehilangan salah satu pengacara yang paling dikenal dan kontroversial, Alvin Lim. Sosok yang sering tampil berani dan vokal dalam setiap kasusnya ini akhirnya menghadap Sang Pencipta setelah berjuang melawan penyakit gagal ginjal. Meski dikenal karena sikapnya yang keras dan tegas, perjalanan hidup Alvin yang penuh dengan liku-liku ini menyimpan banyak pelajaran tentang kesehatan, kehidupan, dan penerimaan terhadap takdir.
Menghadapi Gagal Ginjal
Sejak akhir 2022, Alvin Lim mengetahui bahwa waktu hidupnya terbatas. Dokter memvonisnya dengan gagal ginjal yang parah, dan dengan kondisi tersebut, Alvin hanya memiliki peluang 50 persen untuk hidup lebih lama dari dua tahun.
"Dokter bilang, ini bukan kabar baik, tetapi saya terima saja. Kalau hidup saya tinggal dua tahun lagi, ya sudah, saya akan berjuang dengan itu," ujar Alvin dalam sebuah wawancara yang ia lakukan pada kanal YouTube Refly Harun.
Alvin tidak menutupi fakta bahwa gaya hidupnya yang tidak sehat berkontribusi besar terhadap kondisinya ini. Selama bertahun-tahun, ia menjalani hidup dengan pola makan yang sembarangan dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan.
"Dulu, saya sering makan apa saja yang saya mau, tidak ada yang mengingatkan saya. Kalau sudah banyak uang, hidup pun jadi serba bebas," cerita Alvin dengan penuh penyesalan. Minuman bersoda menjadi sahabatnya sehari-hari, dan berat badannya sempat mencapai 120 kilogram.
Namun, tidak hanya masalah makanan yang menjadi faktor. Tekanan pekerjaan yang datang seiring dengan karirnya sebagai pengacara juga memperburuk kondisinya. "Di dunia hukum, apalagi kalau kamu tidak marah, orang bisa anggap kita lemah. Itu tekanan besar bagi saya," kenangnya. Akibatnya, ia tidak hanya berjuang dengan masalah kesehatan fisik, tetapi juga dengan masalah emosional yang mengganggu kesejahteraan mentalnya.
Menerima Takdir dengan Lapang Dada
Ketika Alvin akhirnya menerima kenyataan bahwa dirinya menderita gagal ginjal, ia tidak terpuruk. Sebaliknya, ia menerima takdir itu dengan sikap yang penuh lapang dada. Meskipun kondisi kesehatannya semakin memburuk, ia berusaha mengikuti saran dokter dan beradaptasi dengan gaya hidup yang baru.
Berat badannya turun menjadi 80 kilogram, namun ginjalnya tetap tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Bahkan, beberapa pantangan hidup harus ia jalani, seperti menghindari sayuran dan membatasi jumlah minumannya. "Saya terima saja, ini memang takdir. Saya harus bertahan dan mengikuti semua saran medis," ujarnya dengan tegar.
Namun, meskipun harus mengorbankan banyak hal yang ia nikmati, Alvin tetap menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Salah satu langkah besar yang ia pertimbangkan adalah menjalani transplantasi ginjal, yang direncanakan untuk dilakukan dengan bantuan tim medis dari luar negeri. Namun, takdir berkata lain. Sebelum rencana itu terwujud, Alvin lebih dulu dipanggil oleh Tuhan.
Perpisahan yang Tiba-Tiba
Pada pagi hari 5 Januari 2025, kondisi Alvin Lim semakin menurun. Teman dekatnya, Razman Nasution, mengungkapkan bahwa Alvin sempat dibawa ke Rumah Sakit Mayapada, namun takdir sudah tidak bisa ditunda lagi. "Pagi itu, kondisinya sangat drop. Kami bergegas membawanya ke rumah sakit, namun sayangnya beliau meninggal dunia di sana," ujar Razman dengan suara yang penuh kesedihan.
Kondisi yang cepat memburuk ini terjadi hanya sehari sebelum hasil pemeriksaan dari dokter di China yang dapat menentukan apakah Alvin bisa menjalani transplantasi ginjal. Namun, Tuhan berkehendak lain, dan Alvin pergi sebelum bisa melaksanakan rencana besar tersebut.
Pesan Perdamaian Sebelum Berpulang
Meskipun dalam kondisi yang semakin lemah, Alvin tetap berusaha menyampaikan pesan-pesan penting kepada orang-orang di sekitarnya. Razman, yang merupakan kolega dekatnya, menceritakan bahwa Alvin sempat meminta untuk menindaklanjuti kasus hukum yang sedang ia tangani. "Alvin bilang kepada saya, 'Bang, tolong lanjutkan kasus yang sedang saya kerjakan. Saya ingin ada perdamaian dalam masalah ini,'" kenang Razman.
Selain itu, Alvin juga menyampaikan keinginannya untuk berdamai dengan orang-orang yang selama ini menjadi lawan atau memiliki masalah dengannya. "Dia bilang kepada saya, 'Tolong hubungi orang-orang ini, saya ingin berbaikan dengan mereka.' Ini menunjukkan bahwa meskipun dalam kondisi sakit, Alvin tetap mengutamakan perdamaian," ujar Razman.